KESEIMBANGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DAN PENDERITAAN
Kebahagian dan penderitaan ibarat sebuah pedang yang memiliki dua sisi yang berbeda.
Yaitu sisi tumpul dan sisi tajam.Pedang itu gak kan membahayakan pabila kita tidak memainkanya, tapi sebalik nya pedang itu akan membahayakan siapa pun yang menggunakanya tanpa hati hati.
Karena satu sisi pedang itu tidak akan meninggalakan sisi pada pedang yang lainya.Sisi pedang yang tajan gak akan meninggalkan sisi yangtumpu begitu juga dengan sebaliknya.DUA sisi itu adalah bagian dari satu pedang yang sama.........
===========================================================================
===========================================================================
Hal-hal semu selalu tidak memuaskan.
Benarkah itu?
Namun tidakkah kita punya kuasa bahkan sedikit saja untuk hidup lebih baik dalam angin perubahan?
Jika kita mengenal perubahan, bisakah kita beradaptasi terhadap perubahan?
Bisakah kita hidup dengan pikiran yang sama seperti saat kita masih sehat jika tiba saatnya tubuh kita mulai melemah dan digerogoti penyakit?
Bisakah kita tersenyum bebas seperti sewaktu kita masih anak-anak pada saat kita sudah hampir menemui ajal?
===========================================================================
Jika ada kebahagiaan datang, kita melekat pada kebahagiaan itu, dan jika kemalangan yang datang, kita juga melekat pada kemalangan itu.
Suatu ketika, jika kita lengah, pedang 2 sisi itu akan melukai kita. Apa yang dilukai bukanlah tubuh fisik, namun pikiran kita.
===========================================================================================================================================================
Kebahagian dan penderitaan ibarat sebuah pedang yang memiliki dua sisi yang berbeda.
Yaitu sisi tumpul dan sisi tajam.Pedang itu gak kan membahayakan pabila kita tidak memainkanya, tapi sebalik nya pedang itu akan membahayakan siapa pun yang menggunakanya tanpa hati hati.
Karena satu sisi pedang itu tidak akan meninggalakan sisi pada pedang yang lainya.Sisi pedang yang tajan gak akan meninggalkan sisi yangtumpu begitu juga dengan sebaliknya.DUA sisi itu adalah bagian dari satu pedang yang sama.........
===========================================================================
Demikian juga sama halnya dengan kebahagiaan dan penderitaan.
Kebahagiaan semu tidak akan jauh dari penderitaan semu dan penderitaan semu juga tidak akan jauh dari kebahagiaan semu.
==============================================================================
Anda mengenal kebahagiaan semu karena Anda tahu bahwa lawan dari kebahagiaan itu, yaitu penderitaan semu juga eksis (ada), demikian pula sebaliknya. 2 hal tersebut adalah satu set yang tak terpisahkan.
Maka dari itu jika Anda melekat pada salah satunya, tidak tertutup kemungkinan Anda juga akan bertemu dengan sisi yang satunya lagi.
Kebahagiaan semu tidak akan jauh dari penderitaan semu dan penderitaan semu juga tidak akan jauh dari kebahagiaan semu.
==============================================================================
Anda mengenal kebahagiaan semu karena Anda tahu bahwa lawan dari kebahagiaan itu, yaitu penderitaan semu juga eksis (ada), demikian pula sebaliknya. 2 hal tersebut adalah satu set yang tak terpisahkan.
Maka dari itu jika Anda melekat pada salah satunya, tidak tertutup kemungkinan Anda juga akan bertemu dengan sisi yang satunya lagi.
Lalu mengapa dikatakan semu?
==========================================================================
Karena hanya hal-hal yang sifatnya semu yang memiliki dualitas. Hal-hal yang semu adalah hal-hal yang sifatnya sementara, selalu berubah-ubah. Ada panas dan ada dingin, ada badai dan ada hari yang cerah, ada tangis dan ada tawa, ada penderitaan dan ada kebahagiaan.
============================================================================
===================================================================================================================================================================================================================================================================================================================
Jika satu sisi hilang/tenggelam, maka sisi yang lainnya akan muncul.
==========================================================================
Karena hanya hal-hal yang sifatnya semu yang memiliki dualitas. Hal-hal yang semu adalah hal-hal yang sifatnya sementara, selalu berubah-ubah. Ada panas dan ada dingin, ada badai dan ada hari yang cerah, ada tangis dan ada tawa, ada penderitaan dan ada kebahagiaan.
============================================================================
===================================================================================================================================================================================================================================================================================================================
Jika satu sisi hilang/tenggelam, maka sisi yang lainnya akan muncul.
Jika seseorang yang kaya raya tiba-tiba
kehilangan kemakmurannya, ia akan menderita. Dan jika seseorang yang
dicintai tiba-tiba kehilangan orang yang mencintainya, ia juga akan
menderita.
Seseorang yang sakit bisa jatuh sakit, seseorang yang sekarat bisa berjuang dan sembuh. Fluktuasi seperti ini adalah wajar di dunia nyata dan inilah yang dinamakan “sesuatu yang tidak memuaskan”.
Seseorang yang sakit bisa jatuh sakit, seseorang yang sekarat bisa berjuang dan sembuh. Fluktuasi seperti ini adalah wajar di dunia nyata dan inilah yang dinamakan “sesuatu yang tidak memuaskan”.
===========================================================================
Hal-hal semu selalu tidak memuaskan.
Anda bisa saja mulai merasakan
penderitaan saat Anda mulai memikirkannya. Anda juga bisa saja belum
merasa puas sebelum kebahagiaan itu berakhir.
Seseorang bisa saja mengatakan bahwa
inilah hidup, inilah yang harus kita terima, inilah yang harus kita
jalani, inilah takdir kita. Kita harus menderita untuk bahagia. (Dalam
arti lain : Kita harus mengenal penderitaan agar kita bisa menghargai
kebahagiaan)
===========================================================================
===========================================================================
Benarkah itu?
Kita menderita untuk bahagia dan bahagia
untuk menderita. Kita membiarkan diri kita diombang-ambingkan antara
kebahagiaan dan penderitaan, penderitaan dan kebahagiaan.
Sebentar di surga kemudian terjun bebas ke neraka?
===============================================================================
Sebentar di surga kemudian terjun bebas ke neraka?
===============================================================================
APAKAH KITA MAKHLUK YANG MERDEKA? Jika kita seperti itu maka kita tidak pernah merdeka. Tidak sekalipun.
Kita seperti sebatang kayu yang diseret arus ke sebuah tempat yang kita sendiri tidak tahu tempat seperti apa yang akan kita tuju.
===========================================================================
Kita seperti sebatang kayu yang diseret arus ke sebuah tempat yang kita sendiri tidak tahu tempat seperti apa yang akan kita tuju.
===========================================================================
Seseorang bisa saja mengatakan : “go
with the flow”. Ikuti aliran kehidupan baik itu senang ataupun sedih,
bahagia atau menderita, atau tidak kedua-duanya.
Benar, ikuti aliran. Kenyataanya, kita
tidak bisa lari dari perubahan. Apa yang kita miliki, kita lihat dan
kita rasakan saat ini adalah subyek dari perubahan.
==========================================================================
==========================================================================
Namun tidakkah kita punya kuasa bahkan sedikit saja untuk hidup lebih baik dalam angin perubahan?
Jika kita mengenal perubahan, bisakah kita beradaptasi terhadap perubahan?
Bisakah kita hidup dengan pikiran yang sama seperti saat kita masih sehat jika tiba saatnya tubuh kita mulai melemah dan digerogoti penyakit?
Bisakah kita tersenyum bebas seperti sewaktu kita masih anak-anak pada saat kita sudah hampir menemui ajal?
===========================================================================
Jika ada kebahagiaan datang, kita melekat pada kebahagiaan itu, dan jika kemalangan yang datang, kita juga melekat pada kemalangan itu.
Suatu ketika, jika kita lengah, pedang 2 sisi itu akan melukai kita. Apa yang dilukai bukanlah tubuh fisik, namun pikiran kita.
===========================================================================================================================================================
Luka di pikiran adalah asal dari semua penderitaan.
Rasa sakit timbul dipikiran, bukan pada bagian tubuh yang dilukai. Rasa sakit diciptakan pikiran, begitu juga dengan penderitaan dan kebahagiaan semua ada dalam pikiran.
Rasa sakit timbul dipikiran, bukan pada bagian tubuh yang dilukai. Rasa sakit diciptakan pikiran, begitu juga dengan penderitaan dan kebahagiaan semua ada dalam pikiran.
Kita memenuhi pikiran kita dengan semua sensasi itu, baik sakit atau senang.
Kita tidak pernah bebas dari penjara pikiran kita sendiri. Kita tidak dapat mencegah pikiran kita membuat penjara bagi dirinya sendiri setelah menerima respon-respon dari luar.
Kita tidak pernah bebas dari penjara pikiran kita sendiri. Kita tidak dapat mencegah pikiran kita membuat penjara bagi dirinya sendiri setelah menerima respon-respon dari luar.
Demikianlah pikiran kita seperti anak
kecil yang tersesat. Anak kecil yang akan senang saat dapat permen dan
menangis saat tidak diberikan permen.
==========================================================================
==========================================================================
Dan ketika kita sudah mengerti semua ini, apa yang bisa kita lakukan?
Apakah kita akan tetap seperti anak kecil, atau kita akan tumbuh dewasa?
Apakah kita masih akan terikat pada
sesuatu yang semu dan hidup diseret-seret masa lalu ataupun masa depan
ataupun masa sekarang?
Apakah kita masih ingin memiliki sesuatu yang sebenarnya tidak pernah kita miliki (karena sifatnya yang semu).?
==========================================================================
=================================================================================
Siapa Anda dan siapa saya? Apa yang saya miliki yang Anda tidak miliki atau sebaliknya apa yang Anda miliki yang saya tidak miliki?
==========================================================================
=================================================================================
Siapa Anda dan siapa saya? Apa yang saya miliki yang Anda tidak miliki atau sebaliknya apa yang Anda miliki yang saya tidak miliki?
Kenyataannya tidak satupun dari Anda ataupun saya memiliki apa yang (saya ataupun Anda) kira bahwa (saya atau Anda) memilikinya.
Orang yang sesungguhnya berbahagia
adalah orang yang tidak diikat tempat dan waktu yang dilaluinya,
sebaliknya membawa kebahagiaan dalam setiap tempat dan waktu yang
dilaluinya.
Inilah yang disebut kebahagiaan yang sebenarnya.
Inilah yang disebut kebahagiaan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar