Sekuntum mawar
yang kau berikan padaku kutanamkan, kini
mekarnya semekar senyummu. Maka
biarkanlah aku menziarahi kubur hatimu yang kau makamkan tanpa batu nisan. Kita
bukan lagi sejarah yang menceritakan
kepedihan sekapal rindu dan selaut tangis yang berlompatan pada kelopak
danaumu.
Mestikah kita
berdusta dengan lidah sendiri bila aroma kepedihan telah melewati malam yang beratus hari menghempas dadamu dan
dadaku. Kita telah menjelma serpihan
bintang yang tertutup debu dalam gemerlapnya kota
Maka biarkanlah
aku menzirahi kubur hatimu dan memancangkan batu nisan namamu dengan zikir
kitab cinta, agar waktu merajut luka di ruang kesendirianmu dengan
huruf-huruf namaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar